1.Indonesia ini kemudian berakulturasi
dengan agama Hindu-Buddha. Hal ini terbukti dari beberapa upacara
keagamaan Hindu-Buddha yang berkembang di Indonesia walaupun dalam
beberapa hal tidak seketat atau mirip dengan tata cara keagamaan yang
berkembang di India. Kondisi ini menunjukkan bahwa dalam tatacara
pelaksanaan upacara keagamaan mengalami proses sinkretisme antara
kebudayaan agama Hindu-Buddha dengan kebudayaan asli bangsa Indonesia.
2.
Bidang politik dan pemerintahan, pengaruhnya terlihat jelas dengan
lahirnya kerajaan-kerajaan bercorak Hindu-Buddha di Indonesia. Sebelum
masuknya pengaruh agama Hindu-Buddha di Indonesia tampaknya belum
mengenal corak pemerintahan dengan sistem kerajaan. Sistem pemerintahan
yang berlangsung masih berupa pemerintahan kesukuan yang mencakup
daerah-daerah yang terbatas. Pimpinan dipegang oleh seorang kepala suku
bukanlah seorang raja. Dengan masuknya pengaruh India, membawa pengaruh
terhadap terbentuknya kerajaan-kerajaan yang bercorak Hindu-Buddha di
Indonesia. Kerajaan bercorak Hindu antara lain Kutai,Tarumanagara,
Kediri, Majapahit dan Bali, sedangkan kerajaan yang bercorak Buddha
adalah Kerajaan Sriwijaya. Hal yang menarik di Indonesia adalah adanya
kerajaan yang bercorak Hindu-Buddha yaitu Kerajaan Mataram lama.
3. Bidang
pendidikan membawa pengaruh bagi munculnya lembaga-lembaga pendidikan.
Meskipun lembaga pendidikan tersebut masih sangat sederhana dan
mempelajari satu bidang saja, yaitu keagamaan. Akan tetapi lembaga
pendidikan yang berkembang pada masa Hindu-Buddha ini menjadi cikal
bakal bagi lahirnya lembaga-lembaga pendidikan di Indonesia. Bukti bukti
yang menunjukkan telah berkembangnya pendidikan pada masa
kerajaan-kerajaan Hindu-Buddha di Indonesia, antara lain adalah:
a. Dalam catatan perjalanan I-Tsing, seorang pendeta yang berasal dari Cina, menyebutkan bahwa sebelum dia sampai ke India, dia terlebih dahulu singgah di Sriwijaya. Di Sriwijaya I-Tsing melihat begitu pesatnya pendidikan agama Buddha, sehingga dia memutuskan untuk menetap selama beberapa bulan di Sriwijaya dan menerjemahkan salah satu kitab agama Buddha bersama pendeta Buddha yang ternama di Sriwijaya, yaitu Satyakirti. Bahkan I-Tsing menganjurkan kepada siapa saja yang akan pergi ke India untuk mempelajari agama Buddha untuk singgah dan mempelajari terlebih dahulu agama Buddha di Sriwijaya. Berita I-Tsing ini menunjukkan bahwa pendidikan agama Buddha di Sriwijaya sudah begitu maju dan tampaknya menjadi yang terbesar di daerah Asia Tenggara pada saat itu.
b. Prasasti Nalanda
yang dibuat pada sekitar pertengahan abad ke-9, dan ditemukan di India.
Pada prasasti ini disebutkan bahwa raja Balaputradewa dari Suwarnabhumi
(Sriwijaya) meminta pada raja Dewapaladewa agar memberikan sebidang
tanah untuk pembangunan asrama yang digunakan sebagai tempat bagi para
pelajar agama Buddha yang berasal dari Sriwijaya. Berdasarkan prasasti
tersebut,kita bisa melihat begitu besarnya perhatian raja Sriwijaya
terhadap pendidikan dan pengajaran agama Buddha di kerajaannya. Hal ini
terlihat dengan dikirimkannya beberapa pelajar dari Sriwijaya untuk
belajar agama Buddha langsung ke daerah kelahirannya yaitu India. Tidak
mustahil bahwa sekembalinya para pelajar ini ke Sriwijaya maka mereka
akan menyebarluaskan hasil pendidikannya tersebut kepada masyarakat
Sriwijaya dengan jalan membentuk asrama-asrama sebagai pusat pengajaran
dan pendidikan agama Buddha.
c.
Catatan perjalanan I-Tsing menyebutkan bahwa pendeta Hui-Ning dari Cina
pernah berangkat ke Ho-Ling (salah satu kerajaan Buddha di Jawa).
Tujuannya adalah untuk bekerja sama dengan pendeta Ho-Ling yaitu
Jnanabhadra untuk menerjemahkan bagian terakhir kitab Nirwanasutra. Dari
berita ini menunjukkan bahwa di Jawa pun telah dikenal pendidikan agama
Buddha yang kemudian menjadi rujukan bagi pendeta yang berasal dari
daerah lain untuk bersamasama mempelajari agama dengan pendeta yang
berasal dari Indonesia.
d. Pada
prasasti Turun Hyang, yaitu prasasti yang dikeluarkan oleh Raja
Airlangga menyebutkan tentang pembuatan Sriwijaya Asrama oleh Raja
Airlangga. Sriwijaya Asrama merupakan suatu tempat yang dibangun sebagai
pusat pendidikan dan pengajaran keagamaan. Hal ini menunjukkan besarnya
perhatian Raja Airlangga terhadap pendidikan keagamaan bagi rakyatnya
dengan memberikan fasilitas berupa pembuatan bangunan yang akan
digunakan sebagai sarana pendidikan dan pengajaran.
e.
Istilah surau yang digunakan oleh orang Islam untuk menunjuk lembaga
pendidikan Islam tradisional di Minangkabau sebenarnya berasal dari
pengaruh Hindu-Buddha. Surau merupakan tempat yang dibangun sebagai
tempat beribadah orang Hindu-Buddha pada masa Raja Adityawarman. Pada
masa itu, surau digunakan sebagai tempat berkumpul para pemuda untuk
belajar ilmu agama. Pada masa Islam kebiasaan ini terus dilajutkan
dengan mengganti fokus kajian dari Hindu-Buddha pada ajaran Islam.
4.
Bidang sastra dan bahasa. Dari segi bahasa, orang-orang Indonesia
mengenal bahasa Sanskerta dan huruf Pallawa. Pada masa kerajaan
Hindu-Buddha di Indonesia, seni sastra sangat berkembang terutama pada
aman kejayaan kerajaan Kediri. Karya sastra itu antara lain,
a. Arjunawiwaha, karya Mpu Kanwa yang disusun pada masa pemerintahan Airlangga.
b. Bharatayudha, karya Mpu Sedah dan Mpu Panuluh disusun pada aman kerajaan Kediri.
c. Gatotkacasraya, karya Mpu Panuluh disusun pada aman kerajaan Kediri.
d. Arjuna Wijaya dan Sutasoma, karya Mpu Tantular yang disusun pada aman kerajaan Majapahit.
e. Negarakertagama, karya Mpu Prapanca disusun pada aman kerajaan Majapahit.
f. Wretta Sancaya dan Lubdhaka, karya Mpu Tanakung yang disusun pada aman kerajaan Majapahit.
5.
Bidang seni tari. Berdasarkan relief-relief yang terdapat pada
candicandi, terutama candi Borobudur dan Prambanan memperlihatkan adanya
bentuk tari-tarian yang berkembang sampai sekarang. Bentuk-bentuk
tarian yang digambarkan dalam relief memperlihatkan jenis tarian seperti
tarian perang, tuwung, bungkuk, ganding, matapukan (tari topeng).
Tari-tarian tersebut tampaknya diiringi dengan gamelan yang terlihat
dari relief yang memperlihatkan jenis alat gamelan yang terbatas seperti
gendang, kecer, gambang, saron, kenong, beberapa macam bentuk kecapi,
seruling dan gong.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar